Minggu, 05 Agustus 2012

Tiru Keberhasilan Rasulullah



Tiga kata kunci dalam tema hari jadi provinsi Kalimantan Sela tan ke 62 bermak na sangat dalam. Yakni rakat, cang kal, dan manuntung. Tiga kata ini seperti sebuah visi misi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakatnya.

Sebagai perumpaan, tiga poin diatas dapat pula dijumpai pada masa hijrahnya Rasulullah ke kota Madinah. Di kota Madinah, Rasulullah mampu menyatukan perbedaan diantara penduduk tanpa harus melukai seorang pun. Dan mereka pun patuh terhadap aturan yang Rasulullah buat. Namun tugas menegakkan kalimat laa ilaha illallah tetap menjadi prioritas beliau. Melalui perjuangan yang keras, Islam pun mencapai puncak kejayaan pada saat itu.

Keberhasilan Rasulullah dalam membina hubungan antara pemerintah dan masyarakat tidak lepas dari kredebilitas beliau yang tinggi. Empat pedoman dalam diri Rasulullah yakni siddiq, tablig, amanah, dan fathonah tak pernah luput dalam kesehariannya. Selain itu, seiramanya ucapan dan perbuatan juga menjadi penilaian tersendiri bagi diri Rasulullah.

Berlandaskan sifat-sifat tersebutlah rasa kepercayaan menyentuh sanubari seluruh penduduk kota Madinah. Dan mereka yakin di tangan Rasulullah pasti akan sejahtera.

Sejarah tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah tujuan harus ditopang kredebilitas tinggi dari seorang pemimpin, dan turut pula didukung kesadaran dalam diri masyarakat yang menginginkan perubahan ke arah lebih baik. Zaman dan metode boleh berbeda, namun modal dalam diri sendiri itu yang lebih penting.

Untuk itu, 62 tahun provinsi Kalimantan Selatan ini mari mengevaluasi diri masing-masing demi pembangunan banua tercinta. Semoga apa yang pernah menjadi gambaran sejarah keberhasilan Rasulullah dalam menata sebuah pemerintahan, turut dirasakan pula banua Kalimantan Selatan.

Sabtu, 24 September 2011

Mangkok Bergetar dan Berdengung

Nurjani dan Mangkok miliknya
Tapin, Nurjani warga lokpaikat  nampak serius mempraktekkan mangkok bergetar dan berdengung yang ia peroleh dari dua orang temannya asal kota marabahan. Dua orang tersebut adalah pelanggan tetap Nurjani untuk mencari madu yang kemudian ia jual kembali. 

Seperti biasa dua orang temannya itu datang membawakan madu untuk Nurjani, namun ketika itu Nurjani melihat dua orang temannya membawa barang lebih banyak dari biasanya. Ia pun memberanikan diri untuk bertaya pada temannya tentang barang yang mereka bawa. Dua orang temannya membawa masuk ke dalam rumah Nurjani dan membuka barang bawaan tersebut, yang ternyata berisi dua buah piring besar dan satu buah mangkok.

Piring besar bergambarkan naga terbang
Menurut Nurjani barang tersebut ditemukan saat kedua temannya memanjat pohon besar tempat sarang lebah madu di daerah Pulau Galam di daerah Barito Kuala, Marabahan. Saat itu temannya hendak turun dari pohon dan tiba-tiba merasa menginjak sesuatu yang berbunyi seperti pecahan piring. Merasa penasaran kedua orang tersebut menggali tanah di sekitar pohon itu dan menemukan piring besar beserta mangkok yang penuh dengan tanah. Keduanya pun bermaksud membersihkan dengan air, namun saat membasuh tiba-tiba salah satu dari tiga benda tersebut mengeluarkan bunyi dengung. Setelah diperiksa ternyata bunyi tersebut berasal dari si mangkok.

Awalnya pun Nurjani tak percaya dengan keunikan yang dimiliki mangkok temannya tersebut, dan ia pun mencobanya sendiri, ternyata benar mangkok itu mengeluarkan dengung disertai getar hanya dengan membasahi jari dengan air dan mengusap tepi mangkok itu. Karena ketertarikan Nurjani terhadap benda-benda tersebut, ia pun mengganti barang-barang tersebut dan bermaksud untuk menyimpannya.
Menurut Nurjani, benda-benda ini terlihat seperti peninggalan orang-orang terdahulu bahkan kemungkinan peninggalan Dinasti Ming, karena dilihat dari motif gambar yang terukir dalam piring maupun mangkok semuanya memiliki unsur kerajaan. Bahkan dalam mangkok unik itu pun terlihat seperti bentuk kondisi lingkungan di sekitar kuil besar.
Nampaknya belum lagi terjawab rasa penasaran tentang asal-usul benda antik tersebut, Nurjani meminta dua temannya untuk mencari kembali di sekitar tempat ditemukannya benda misterius itu yang barangkali masih ada benda lainnya. Dan alhasil dua orang temannya itu berhasil menemukan kembali satu buah piring besar berukiran naga besar di sisi dan di tengah benda itu.
Piring besar bermotif Naga timbul






Nurjani yang sehari-harinya bekerja sebagai petani karet ini tidak menyangka akan kedatangan benda-benda tersebut, namun ia mengaku sebelum empat benda tersebut datang ke rumahnya, ketika tidur istrinya yang bernama Nurdinah bermimpi diberi bayi laki-laki. Nurdinah pun menganggap itu hal biasa saja, namun ketika siang harinya benda tersebut datang ke rumahnya, ia pun sempat berfikir hubungan mimpinya dengan kehadiran empat benda unik itu. 

Meski asal-usul benda tersebut masih belum diketahui, akan tetapi kehadiran benda itu hingga kini tidak memunculkan sesuatu yang aneh. Nurjani pun berharap benda tersebut dapat memberikan manfaat dan berkah bagi keluarganya. 

Kabar benda unik tersebut pun tersebar ke warga sekitar, dan mereka berdatangan silih berganti untuk melihat dan mencoba secara langsung mangkok yang bisa berdengung dan bergetar itu. Tidak hanya warga sekitar kota Rantau, bahkan ada pengunjung dari luar daerah seperti Hulu Sungai Selatan dan Barito Kuala. (hb/tap)

Jumat, 09 September 2011

Sasaran Program Buta Aksara Berubah

www.flickr.com
 Tapin - Terhitung tahun 2008 lalu sasaran program buta aksara mengalami perubahan. Jika tahun sebelumnya sasaran berdasarkan kelompok umur dari 14 hingga 45 tahun, kini menjadi 14 tahun sampai meninggal dunia. Hal ini ternyata berdampak terhadap meningkatnya jumlah buta aksara di Kabupaten Tapin.

Hal tersebut disampaikan Kepala seksi dikmas, pembinaan kursus dan kelembagaan keaksaraan fungsional, Sentot Wardoyo, Jumat (9/9) siang di ruang kerjanya.

"Jika tahun sebelumnya program penuntasan buta aksara diperuntukkan bagi kelompok umur 14 hingga 45 tahun, tetapi sekarang dari 14 tahun sampai warga tersebut meninggal dunia" ujar Sentot Wardoyo.

Tahun  2006 dan 2007 lalu Dinas pendidikan setempat mencatat sisa buta aksara di daerahnya hanya tinggal 1.570 orang terdiri dari 807 laki-laki dan 763 perempuan, yang tersebar di 12 kecamatan.

Namun angka tersebut mengalami peningkatan signifikan hingga dua kali lipat pada tahun 2008, yakni mencapai 3.967 orang warga buta aksara. Masing-masing terdiri dari 1.278 laki-laki dan 2.689 perempuan.

Sentot menambahkan, hingga tahun 2010 pihaknya telah menjalankan 80 persen program tersebut. Dan hasilnya hanya 541 laki-laki dan 469 perempuan saja yang belum mendapatkan jatah program buta aksara.
"Namun persentase itu jika dilihat dari data tahun 2008, sedangkan untuk data terbaru pihaknya belum melakukan pendataan ulang" ujarnya. (hb/tap).

Selasa, 03 Mei 2011

Petualang Tanah Kering


     'Petualang Tanah Kering', demikian nama sebuah buku yang berisi kumpulan puisi penyair Tapin. Kehadiran buku ini awalnya adalah pembicaraan serius tiga orang penyair di tahun 2008. Tiga penyair tersebut adalah Maskuni Maharawi, A. Kusairi, dan Bram Lesmana.
     Langkah ini pun dimulai dengan mengumpulkan puisi-puisi karya penyair Tapin, tidak hanya itu, mereka juga melakukan pembinaan bagi pemula yang memiliki potensi untuk dikembangkan.  Penyair Tapin yang mengisi buku antologi puisi ini adalah Ahmazi Haderiyani, A. Kusairi, Bram Lesmana, Maskuni Maharawi, Haji Ujang, Putri Nabilla, Rahmiyati, Rislam Maharani, Septika Wulan Kurniasari, Zurhidadustipa.
     Meski ada yang membuahkan hasil, namun adapula yang hilang karena tidak terdokumentasikan karena berbagai hal. Akhirnya, bertepatan dengan  HUT Tapin ke-45 melalui usaha dan dukungan yang diberikan terbitlah buku antologi ini, dengan harapan semoga menjadi motivasi dan diapresiasi secara positif dalam rangka mendukung terwujudnya harapan menjadikan Tapin "Negeri Serambi Madinah".

Kamis, 21 April 2011

Komunitas Film Indie 'Teropong Community'

Cerita awal mula terbentuknya teropong community ini ku mulai dari lebih satu tahun yang lalu, tepatnya pada sabtu 19 desember 2009, sekitar pukul 16.30 Wita. Sejak saat itu ku mulai mengetikkan jemari besar ku ini pada keyboard laptop dengan bermodalkan modem teman. Sebenarnya niat sudah ada sejak aku mulai suka dan hobi dunia audio visual atau istilah kerennya sekarang pertelevisian, kebetulan aku kuliah pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (agak sedikit nyambung lah).
Setelah lama melihat dan mengamati apa sebenarnya yang terjadi pada fakultas ku (Fakultas Dakwah) sehingga sebagian orang beranggapan bahwa semua alumni fakultas PTAI ini memiliki kemampuan di bidang ceramah. Ternyata, ada satu masalah yang dapat ku tangkap, karena selama ini rata-rata (meski ada sebagian) alumnus Fakultas Dakwah bekerja seputar tidak jauh dari mikropon (penceramah). Karena memang, penerimaan cpns yang ada setiap tahun memberikan space (ruang) bagi lulusan Fakultas Dakwah hanya sebagai penyuluh keagamaan, sehingga orang menganggap semua alumusnya adalah orang-orang yang benar-benar kompeten di bidang itu. Selain itu, dulunya memang Fakultas Dakwah tidak pernah jauh dari Departemen Penerangan yang memang job description-nya adalah tabligh. 
Imej (anggapan) orang semakin terbangun dengan label Fakultas ‘Dakwah’ setiap kali orang menanyakan, “apa fakultasnya?”. Mereka tidak lagi melihat jurusan apa mereka atau bahkan apa kemampuan yang dimiliki mereka. Padahal jika melihat kemauan yang tinggi dari kawan-kawan, mereka semua ingin sesuatu yang dapat memberikan mereka sedikit lebih berbeda.
Landasan pemikiran inilah (istilah sekarang:unek-unek) aku berinisiatif membentuk sebuah wadah yang mampu mewakili keinginan kawan-kawan tersebut, khususnya kawan-kawan dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Ku mulailah pembentukan wadah tersebut, namun hanya melalui jejaring sosial yang ada di internet (facebook), ku mulailah dengan membikin grup baru dan ku namakan grup tersebut dengan Teropong Community.
Nama Teropong sendiri memiliki filosofis bahwa teropong merupakan sebuah alat yang mampu melihat benda di kejauhan sehingga kita dapat melihat seperti dalam jarak dekat. Dari situ muncullah makna, kelak komunitas ini tidak hanya sebagai wadah kreativitas kawan-kawan, namun juga sebagai komunitas yang mampu respon terhadap lingkungan sekitarnya dan tentunya dengan jalan ini dapat menyuarakan aspirasi orang-orang di sekelilingnya. Hal ini tidak terlepas dari tujuan fakultas dakwah sendiri, yakni mengajak orang-orang ke jalan yang diridhai Allah dan menyerukan larangan-larangan Allah.
Sejak dibukanya grup di facebook waktu itu, tidak henti-hentinya ku sosialisasikan komunitas baru ini. Orang-orang yang ku undang pun ku utamakan kawan-kawan Fakultas Dakwah, hal ini untuk memancing keinginan mereka selama ini. Alhamdulillah respon pun mulai berdatangan, tidak hanya melalui facebook tetapi juga melalui handphone. Respon tersebutlah yang memacu ku untuk terus melanjutkan komunitas ini.
Tulisan ini juga dapat dilihat pada situs Teropong Community di www.teropong-community.blogspot.com.

Kamis, 14 April 2011

24 Tahun Kini


Kurang satu tahun dari seperempat abad usiamu....

Tentu banyak hal yang telah dilalui, banyak yang telah diperbuat, namun banyak pula cita-cita dan harapan serta mimpi yang masih ingin dicapai.

Ada suka terjalin, namun tak jarang duka menemani perjalanan itu. Semua itu adalah sketsa pena dari Sang Pencipta yang akan menempa, menegarkan, dan mendewasakan hidupmu. Sehingga kau mampu tumbuh menjadi insan yang siap mengemban tanggung jawab demi bangsa, agama, masyarakat, keluarga dan diri pribadi.

Kini kau telah berbeda dari sosok 24 tahun silam. Dan ultah kali ini kau telah menyandang status sebagai seorang suami dan insya Allah akan segera menjadi seorang Ayah.

Terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan cinta yang telah kau berikan selama hampir 9 bulan perjalanan pernikahan kita.

Terimakasih atas semua kesabaran, ketulusan dan tanggung jawab mu dalam menjaga ku.

Maafkan jika ku belum bisa menjadi isteri yang sempurna bagimu.

Maafkan jika masih banyak keluh kesah yang kucurahkan untukmu.

Aku akan berusaha menemani setiap langkahmu, merajut asa, merenda mimpi, merangkai hari demi sebuah cita-cita yang hakiki dalam mencapai ridha Ilahi.

Sedu sedan tangis kita urai bersama, gelak tawa semoga takkan membuat kita lupa bahwa di luar sana masih banyak mereka yang tak seberuntung kita.

Semoga Allah senantiasa membingkai kehidupanmu dalam naungan kasih sayangNya.

Semoga setiap langkahmu tak lain adalah upaya untuk mendekatkan diri padaNya.

Semoga kau selalu diberikan yang terbaik dalam hidup.

Amiin YaaRabbal'Alamiin.....

*HaPpy b'Day saYan9*
.......mmmmmuuuaaaccchhh.....

Kamis, 07 April 2011

Ketika Kebersamaan Mulai Luntur

Kata kebersamaan sangatlah erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Semua kegiatan yang dilakukan bersama-sama pun akan terasa ringan dan mudah. Benarlah kata pepatah bahwa ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Filosofi itu ternyata sangatlah bermanfaat jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, kemudahan saat ini mulai menggerus nilai-nilai kebersamaan itu. Bukankah dalam Agama (baca: Islam) telah menekankan pula pentingnya kebersamaan, bahwa manusia diwajibkan tolong menolong selama itu untuk hal kebaikan. 
Tidaklah perlu kita mengambil perumpaan yang terlalu luas, cukuplah yang ada di sekitar kita. Mungkin perumpamaan ini masih berlaku di daerah-daerah lain, namun di tempat tinggal saya sekarang kebersamaan itu mulai tergerus zaman, misalnya jika dahulu jauh sebelum segalanya belum ada, masyarakat yang ingin melakukan hajatan pastilah jauh hari sebelum pelaksanaan mereka berkumpul di rumah pemilik hajat dan ber-urun rembuk seperti apa nantinya dan apa saja yang perlu dipersiapkan. Nah, sekarang bagaimana? ini yang kita pertanyakan, mana kebersamaan itu. Kebersamaan di dapur umum membuat makanan, kini sudah tergantikan dengan catering (makanan pesanan), Pembuatan dekorasi tergantikan dengan jasa dekorasi atau bahkan sudah tidak di rumah hajatan lagi melainkan sudah ke gedung untuk acara-acara. Sepertinya segala apa pun sudah mulai tergantikan dengan kemudahan yang ditawarkan para pengusaha pelayan jasa. 
Saya juga pernah menemui salah satu kampung yang dapat dibilang daerah itu masyarakatnya tergolong fanatik terhadap agama. Namun sayang, cerita ini bermula ketika di daerah itu seorang warganya meninggal dunia, seperti biasa warga berdatangan untuk menjenguk dan menyampaikan belasungkawanya, termasuk saya sendiri. Singkat cerita, tibalah waktu untuk acara shalat jenasah, tapi saya heran dan bingung, di mana orang-orang yang akan ikut mengiringi dan mengantarkan jenasah ini, yang terlihat hanya beberapa orang pihak keluarga dan warga sekitar. Selintas saya bertanya dalam hati, jika dilihat kampung ini terbilang cukup banyak warganya, namun hingga ke Masjid tempat jenasah disholatkan hanya terlihat kumpulan orang yang saya pikir itu bukanlah warga sekitar, akan tetapi orang-orang yang memang khusus disiapkan untuk mensholatkan jenasah (orang yang memang diberi uang), hanya sebagian saja warga sekitar. Akhirnya, saya berfikir apakah yang saya lakukan menyalahi aturan yang berlaku di daerah ini, karena kebiasaan yang pernah saya temui jika ada warga yang meninggal dunia, maka tanpa diundang pun warga akan berdatangan dan akan bantu-membantu hingga proses semuanya selesai. Kondisi di kampung itu pun terlihat biasa-biasa saja, seperti aktivitas sehari-hari yang dilakukan masyarakat.
Memang sangat mengharukan dan memilukan,namun mungkin warga memang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga belum ada waktu menyempatkan diri untuk bersama-sama membantu. 
Apakah ini ada kaitannya dengan kondisi ekonomi kita sekarang, semuanya serba tak terjangkau rakyat jelata, dan apakah juga sekarang semuanya serba ADUL (Ada Duit Urusan Lancar) sehingga kebersamaan itu terkalahkan nilai selembar kertas berharga. Semua jawabannya kita kembalikan ke dalam diri kita sendiri. Semoga kita bukan tergolong orang yang terlalu berlebihan mencintai dunia. Amiiiinnnn.